Halaman

Selasa, 10 April 2012

Kelanjutan kemarin masih menjadi pertanyaan. Mengapa harus memutarbalikan sepenggal cerita yang ternyata membuat kecewa. Anak kerbau semakin pintar, anak meranti sulit ditemui. Anak manusia terbasmi. Mencela masalalu, lalu tercela dimasa kini, walau sama sama bau, tapi hujan selalu menyapu. Arahku kesana telah tertuju. Hari ini menamparku, memarnya telah memperjelas langkahku. Menyeret kiblat untuk menunjukan pilihan, walaupun cuma satu. Hitam putih hanyalah kesepakatan. Sebelumku mati dalam kebimbangan, aku ingin menidurkan nafsuku yang lelah bermain dengan egoku.