Halaman

Selasa, 10 April 2012

Kelanjutan kemarin masih menjadi pertanyaan. Mengapa harus memutarbalikan sepenggal cerita yang ternyata membuat kecewa. Anak kerbau semakin pintar, anak meranti sulit ditemui. Anak manusia terbasmi. Mencela masalalu, lalu tercela dimasa kini, walau sama sama bau, tapi hujan selalu menyapu. Arahku kesana telah tertuju. Hari ini menamparku, memarnya telah memperjelas langkahku. Menyeret kiblat untuk menunjukan pilihan, walaupun cuma satu. Hitam putih hanyalah kesepakatan. Sebelumku mati dalam kebimbangan, aku ingin menidurkan nafsuku yang lelah bermain dengan egoku.

Jumat, 23 Maret 2012

Kini

...mungkin saja akan terjadi. Sebab Tuhan punya cara sendiri dalam mengatur ciptaan-Nya. Semua adalah yang terbaik untuk mahluk-Nya. Ketika masa lalu menjadi guru dimasa kini, dan ketika masa kini menjadi ke-syukuran maka pelajaran terbaik dari Tuhan yg mengarahkan pada proses kesabaran, Dulu aku bersedih dengan segala kedukaanku, keputusan Tuhan tak dapat aku terima,...tak adil terhadapku. Itulah prasangkaanku terhadap keputusan Tuhan. Seiring kemarau hidup menghampiri helai nafasku, satu kalimat kekecewaan men-doktrin hari-hariku. Sepeninggal cerita lalu terkuak demi hari, Tak rela kebimbangan menghampiri disela waktu,ku bersahabat dgn kecurigaan, bermain dengan angan dalam pencarian. inikah hidup Inikah Taqdir Atau inikah jalanku. Ataukah, Ataukah, Ataukah hanya ataukah. Puji syukur...dalam hari selalu ada kemungkinan, maka aku mencoba menantang kegelisahan ini. Perenungan dalam keheningan menemukan jawaban... Tbcn